Islam Itu Indah


"Diantara modal utama berdirinya benteng yang kokoh pada setiap jiwa muslim adalah membangun kesan bahwa Islam itu sebenarnya mudah dan ringan."
--
Sepertinya masih saja menjadi fenomena yang melekat pada diri ummat Islam bahwa keberadaannya dalam Islam telah "memaksanya" untuk melaksanakan perintah-perintah keislaman yang dirasanya memberatkan dan menyulitkan. Kenyataan ini terjadi karena dua faktor utama : [1]. Mentalitas keislaman (faktor Internal); [2]. Rongrongan musuh terutama syaithan (faktor Eksternal).
Perlu amat sangat kita waspadai, satu diantara strategi musuh yang sudah mulai berhasil adalah : menimbulkan paradigma bahwa keta'atan akan ajaran Islam menjadi sesuatu yang sangat memberatkan; dan penyimpangan terhadap ajaran Islam dikemas seperti bagian dari ajaran Islam.

Keberhasilan strategi inilah yang telah membuat rapuhnya mental ummat Islam dalam menjalani segala peraturan Islam yang tertuang dalam Al-Qur an dan As-Sunnah.

Meski begitu, serangan para musuh allah dalam upayanya melemahkan semangat ber-Islam sebenarnya akan menurun seiring benteng pertahanan diri yang kian kokoh. Diantara modal utama berdirinya benteng yang kokoh pada setiap jiwa muslim adalah membangun paradigma bahwa Islam itu sebenarnya mudah dan ringan. Ajaran Islam itu fleksibel dan bijak. Melaksanakan ajaran Islam itu menjamin ketenangan dan membawa kebaikan.

Mari kita sama-sama cermati hadits berikut ini :
Abu Hurairah bercerita bahwa dia mendengar Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda : "Apa yang telah aku larang untukmu maka jauhilah. Dan apa yang kuperintahkan kepadamu, maka kerjakanlah dengan sekuat tenaga kalian. Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena mereka banyak tanya, dan sering berselisih dengan para Nabi mereka." (Shahih Muslim No. 4348)

Hadits diatas mengungkap pesan utama dari Rasulullah agar bagaimana segenap ummatnya seharusnya bersikap terhadap perintah-perintah Allah yang disampaikan melalui lisannya. Kecermatan dalam menyikapi pesan dalam hadits ini merupakan modal dasar dalam menjalani keislaman secara totalitas. Karena meyakini bahwa Islam ternyata berada pada jalur fitrah manusia yang sesungguhnya.
Islam sangat tahu kebutuhan setiap insan. Menjalani keislaman secara serius akan membawa pada eksistensi manusia secara utuh. Karena ternyata, Islam tidak memaksakan sesuatu yang bukan menjadi kebutuhan manusia atau diluar kemampuan manusia.

Pesan pertama dalam hadits diatas bahwa : "apa saja yang aku larang kamu melaksanakannya, hendaklah kamu jauhi" menunjukkan sifat yang mutlak bahwa semua larangan harus dijauhi. Karena secara umu, menjauhi larangan tidak membutuhkan proses, lebih simple dan sederhana. Tapi kemutlakan tersebut bukan tanpa kecuali. Jika ternyata menjauhi larangan didapati adanya rintangan yang menghalang, larangan tersebut menjadi boleh dilanggar. Contohnya : dibolehkan makan bangkai dalam keadaan darurat.

Pesan selanjutnya bahwa : "apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kemampuan kamu".

Luar biasa, ketika pesan Rasulullah SAW terkait larangan cenderung bersifat mutlak, ternyata terkait perintah cukup fleksibel dan bijak. Memang perintah kadang membutuhkan proses. Ketika berproses itulah, perintah dilaksanakan sampai di tingkat mana kemampuan kita berada. Selama jujur akan kemampuan kita, Allah akan menghargai jerih payah kita meski hanya sampai di tengah proses bahkan di awal proses.

Membayar zakat fitrah misalnya, bayarlah ia untuk semua orang yang menjadi tanggungannya, bila tidak bisa semuanya, bayar sebagian saja, kalau ternyata memang sama sekali tidak mampu, Allah memakluminya. Keinginan kuat untuk membayarnya walau tidak kesampaian, Allah menghargai. Dan ia berhak mendapat jatah dari pembagian zakat fitrah tersebut.

Inti dari paparan ini adalah bangunlah positif thinking terhadap ajaran Islam. Jangan semerta-merta memandang bahwa ajaran Islam mengebiri kebebasan dalam beraktifitas. Seringkali orang menggerutu kalau dirinya harus ini, harus itu, shalatlah - padahal kan saya sedang sibuk, atau tidak boleh ini, tidak boleh itu. Begitulah ketika orang melihat kehidupan ini secara sepihak. Hidup hanya dilihat dengan kacamata materi duniawi saja.

Cobalah kita bangun keseimbangan dalam memandang makna hidup ini. Tidak hanya fisik yang butuh perhatian, namun juga ruh kita. Untuk ketahanan hidup berupa fisik, tanpa disuruh dan diminta, kita sudah bergerak sendiri. Tapi untuk ketahanan ruh, jangankan menunggu kesadaran sendiri, dicoba diberi kesadaran pun kebanyakan cenderung menghindar.

Pemenuhan akan kebutuhan ruh yang dimaksud tiada lain adalah menta'ati apa yang telah digariskan dalam ajaran Islam. Lewati rintangan yang menghadang berupa negative thinking terhadap ajaran Islam tersebut. Padahal sekali lagi, apa yang susah dari Islam? Apa yang berat dari Islam? Semuanya sudah diatur sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tidak ada paksaan kecuali semuanya hanya bagian dari komitmen dengan keislaman yang dianutnya.

Pada dasarnya, Islam adalah agama yang mudah karena ia diturunkan oleh Allah SWT yang Maha Tahu karakter dan kemampuan manusia. Manusia adalah ciptaan Allah dan Dialah yang paling tahu apa yang tepat serta mudah bagi ciptaan-Nya itu. Dia tidak memberikan beban atau kewajiban yang tidak sanggup ditanggung oleh hamba-Nya.

"...Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah : 286)
"Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan." (QS. Al-Hajj : 78)
Selebihnya malah kitalah yang seringkali membuatnya berat dengan menambah-nambahkan, atau berlebih-lebihan. Dalam hadits Riwayat Bukhari disebutkan :

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya agama itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agama melainkan ia akan dikalahkan. Oleh karena itu kerjakanlah dengan semestinya, atau mendekati semestinya dan bergembiralah (dengan pahala Allah) dan mohonlah pertolongan di waktu pagi, petang dan sebagian malam" (Shahih Bukhari No. 38)
Islam itu adalah agama yang mudah. Ia diturunkan dengan sempurna sesuai dengan fitrah dan kemampuan manusia. Seorang muslim sudah sepantasnya menjalankan Islam sesuai karakternya yang mudah, tidak mempersulit diri atau berlebih-lebihan karena orang yang berlebih-lebihan dan mempersulit diri dalam beragama cenderung akan jatuh dalam kekalahan, baik itu bosan, futur atau terjebak pada bid'ah.

Seorang muslim tentunya berusaha menjalankan Islam sebagaimana ia diperintahkan, jika tidak mampu hendaklah berusaha mendekatinya. Serta selalu optimis dengan kebaikan yang akan diberikan kepadanya sebagai balasan atas komitmennya terhadap Islam dan sunnah.

Mari kita hindari terlalu banyak menimbang-nimbang dan fikir-fikir apalagi dengan memilih-milih mana perintah dan larangan yang membawa keuntungan bagi kita saja. Mari kita berusaha segenap tenaga laksanakan islam secara kaaffah, dengan menyeluruh. Semoga Allah memudahkan proses dan menggolongkan kita sebagai ummat islam yang kaffah.amin. (red/-wp)

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaithan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah : 208)

*****

[Big Event] Festival Muharram


Doa cinta



Bismillahirrahmanirrahim...


Tuhan, sederhana saja doaku..
doa yang sering dipanjatkan oleh para pecandu rindu kepadaMu....
telah Engkau catatkan untukku seorang penyejuk Qalbu yang tercipta untuk diriku.
dia-kah atau bukan, satukanlah hatiku dengan hatinya,
titipkanlah anugerah kebahagiaan hakiki pada kami.

Tuhan, Engkaulah Yang Maha mentaqdirkan segalanya,
Ku mohon taqdirkanlah dia untuk menjadi yang terbaik untuk diri ini,
sesungguhnya Engkau Maha mengetahui apa yang ada di dalam hati ini beserta gemuruh harapan di dalamnya. periharalah hamba dari segala bentuk kemurkaanMu.

Tuhanku, Engkau Maha segalanya. berilah benih kekuatan iman untuk jiwa yang mulai rapuh ini.  Pasrahku hanya kepadaMu kemanapun cinta ini akan berlayar. satu yang hamba rintihkan, jangan biarkan hamba sendiri.
dan, satu lagi Tuhanku,

gantikanlah yang hilang, tumbuhkan yang telah patah, agar hamba bisa mengecap indahnya kebahagiaan walau tanpa bersamanya. hanya padaMu-lah segala kebahagiaan dan kebaikan bertumpu.

Inilah doa cintaku,
Tuhan Maha Cinta....

Mengenal Pahlawan Islam - Muhammad Fatih [Review Fetih 1453]


Bismillahirrahmanirrahim...


Sudah merupakan sebuah rutinitas di kantorku pada jumat pagi semua karyawan terpusat di mushola kantor, mengikuti kajian dhuha yang dilanjutkan dengan sholat dhuha bersama.
Dan di jumat terakhir di bulan Mei lalu Ust. Agung Waspodo adalah pemateri pagi itu. Tema yang tertulis di pamflet tentang perjuangan Khalid Bin Walid. Saya pun merasa antusias sekali karena Khalid bin Walid merupakan salah satu tokoh aksi favorit. Saya sangat suka sekali tentang sejarah-sejarah perjuangan, film-film kolosal perjuangan, Game strategi perang, semua hal yang ada perangnya maka saya suka, terlebih jika itu berisi tentang perjuangan dan pahlawan-pahlawan Islam. 
Pagi itu saya hadir lebih awal karena tidak mau ketinggalan walau hanya 1 menit dari kajian itu. namun sayang sekali Ust. Agung terkungkung kemacetan Mampang dan menyebabkan beliau hadir sedikit terlambat. Dengan tergesa-gesa dan berpeluh penuh beliau berusaha mencari keselarasan antara nafas dan kata-katanya. Sebuah miniatur pulau di pangkuannya menambah para jamaah penasaran apa yang akan disampaikannya.
Karena tidak memungkinkan beliau membahas tentang Khalid Bin Walid dalam waktu 15 menit yang tersisa, maka beliau pagi itu mengambil tema tentang penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Fatih. Walaupun waktu yang sangat terbatas mengejar beliau namun penjelasan beliau begitu detail tentang salah satu perang salib ini.  ternyata kami baru mengerti bahwa miniatur pulau yang dibawanya adalah sebagai ilustrasi dari strategi pengepungan Sultan Mehmed (Muhammad Fatih) terhadap konstantinopel. Strategi, sejarah, tokoh-tokoh dan semuanya yang berkaitan dengan peristiwa itu sangat runtut sekali beliau terangkan. 



Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.



Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” 

[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].




Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?

Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?

Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)




Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)




Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut;




1. Konstantinopel




Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan Benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.




2. Rumiyah




Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah.




Biografi Singkat


Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: م�*مد ثانى Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفات�*), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki; 





Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481). 




Lambang Kekhalifahan



Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu'' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ''Ain Al-Jalut" melawan tentara Mongol).





Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel

Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu Bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.




Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu''awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ''Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman KhalifahHarun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.




Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.




Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru.Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.




Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ''ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma''il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ''ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.




Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur''an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur''an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.




Syeikh Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel. 




Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu- Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam. 




Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.




Constantine XI



Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ''Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada Bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.





Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat pasukan Artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur Armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.




Berhari-hari hingga berminggu-mingGu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.





Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri).




70 kapal di tarik melewati bukit di daerah Galata untuk masuk ke Teluk Golden Horn yang di hadang rantai.





Rantai yang menghalangi kapal masuk ke Teluk Golden Horn. (koleksi Museum Hagia Sophia)





Rantai yang melindungi pintu masuk ke Teluk Golden Horn







Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari. 





Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.




Ottoman Siege : Pasukan Turki Utsmani yang sangat canggih di zamannya dengan teknologi Meriam Terbesar di zamannya






The Great Turkish Bombard



Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.







Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus diperangi). Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.

Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan mencari nafkah di sana. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan. Dan kini Hagia Sophia sudah berubah menjadi museum.


Seusainya kajian pagi itu, saya masih terpesona dengan kejayaan Sultan Mehmed dalam perjuangannya. Saya pun mencari artikel terkait di internet dan salah satunya saya menemukan sebuah film berjudul fateh.... sekilas membaca reviewnya ternyata film ini menceritakan tentang sultan Mehmed pahlawan islam yang baru saja diceritakan. lama tak kunjung mencapatkan link download yang sempurna di internet akhirnya saya pun memutuskan mencari informasi di bioskop tentang film tersebut. namun sayang walaupun film tersebut tergolong baru namun tak ada satupun bioskop di jakarta yang menayangkan film tersebut.  Namun alhamdulillah kekecewaan tersebut pun terbayar sudah ketika saya menemukan DVD film yang saya maksud di sebuah toko film. Dengan perasaan senang bercampur penasaran pun malam itu saya langsung menyaksikan film tersebut. 

Saya menemukan kejanggalan dalam film ini. tentang sejarahnya, tentang akhlak sultan Mehmed yang tidak sesuai dengan keshalihan yang terkenal itu, tentang adegan-adegan yang mengumbar aurat dan zina. Apa yang saya dengarkan dari Ust. Agung tempo hari dengan jalan cerita film ini banyak perbedaan. Kontroversi kah ?  Wallahu A'lam, Mungkin Anda semua bisa menyimpulkannya setelah menonton film ini kemudian membaca sejarah tentang Sultan Mehmed dari sumber tarikh yang shohih.

Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari film ini, bukan karena serunya action di film itu namun ternyata Islam mempunyai banyak sekali pahlawan yang seharusnya menjadi tokoh favorit kita sebagai umat Islam. Semoga kelak kita di surga disatukan dengan para tokoh favorit kita ini, bahagia selamanya di jannahNya sebagai syuhada. Amin.

Wallahu A'lam

*) Sumber : Wikipedia dan Google
*) Film ini juga dapat Anda download DISINI

Kian Santang murid sayyidina Ali Bin Abi Thalib RA

Bismillahirrahmanirrahim...

Akhir-akhir ini ada sebuah tayangan sinetron kolosal yang sempat menarik perhatianku. Setelah lelah seharian berkutat dengan setumpuk pekerjaan, tepatnya ba'da isya merupakan waktu yang saya nantikan. Duduk manis ditemani secangkir kopi hangat, menyaksikan Raden Kian Santang beraksi. Sekilas film ini seperti terlihat kolot dan tidak menarik namun lain bagiku. Sejarah dan jalan ceritanya yang menarik membuatku tak ingin melewatkan setiap episodenya. Mungkin karena isi ceritanya menuturkan sejarah tempat kelahiranku, Pasundan. 

Ada satu adegan yang membuat saya menggelitik untuk mengetahuinya dan menimbulkan tanda tanya besar di kepala saya. Mengapa Prabu Siliwangi tidak pernah menjawab salam setiap adegan Kian Santang, Kyai Hasanuddin atau yang lainnya mengucapkan salam kepadanya. Saya pun mencari tahu tentang itu semua di internet dan apa yang saya temukan ?. Sebuah sejarah yang lebih mencengangkan daripada mengetahui agama Prabu Siliwangi. di wikipedia dan beberapa tulisan sejarah lainnya ternyata Raden Kian Santang adalah murid dari Sayyidina Ali Bin Abi Thalib RA, salah satu khulafaurrasyidin yang dijanjikan surga itu.

Ada beberapa versi tentang jalan sejarah pertemuan keduanya, dan salah satu yang akan saya tulis disini. Konon katanya Raden Kian Santang sewaktu muda sangat sakti, saking saktinya dia tidak pernah melihat darahnya sendiri keluar dari tubuh. Pengembaraan pun dimulai Kian Santang merasa ingin mencari seseorang yang bisa menumpahkan darahnya. Kian Santang pun meminta kepada ayahnya Prabu Siliwangi untuk dicarikan lawan yang sepadan dan bisa menumpahkan darahnya namun Prabu Siliwangi tak kunjung menemukannnya. Kian Santang mendapat ilham dari sebuah pertapaannya bahwa ada seorang lelaki sakti di tanah Arab tepatnya Mekkah Al Mukarramah, lelaki itu bernama Ali. Dikatakan dalam ilham itu kesaktian Kian Santang hanya sekecil ujung kuku daripada kesaktian Ali. Merasa tertantang Kian Santang pun bertekad bulat untuk pergi ke Mekkah. 

Setiba di tanah Mekah Kian Santang bertemu dengan seorang lelaki yang disebut Sayyidina Ali, namun Kiansantang tidak mengetahui bahwa laki-laki itu bernama Sayyidina Ali. Prabu Kiansantang menanyakan kepada laki-laki itu: "Kenalkah dengan orang yang namanya Sayyidina Ali?" Laki-­laki itu menjawab bahwa ia kenal, bahkan bisa mengantarkannya ke tempat Sayyidina Ali.

Sebelum berangkat laki-laki itu menancapkan dulu tongkatnya ke tanah, yang tak diketahui oleh Kian Santang. Setelah berjalan beberapa puluh meter, Sayyidina Ali berkata, "Wahai Kian Santang tongkatku ketinggalan di tempat tadi, bisakah kau ambilkan dulu." Semula Kian Santang tidak mau, namun Sayyidina Ali mengatakan, "jika tidak mau, tentu tidak akan bertemu dengan Sayyidina Ali."

Terpaksalah Kian Santang kembali ketempat bertemu, untuk mengambilkan tongkat. Setibanya di tempat tongkat tertancap, dia mencabut tongkat dengan sebelah tangan, ia mengira tongkat itu akan mudah lepas. Ternyata tongkat tidak bisa dicabut, bahkan tidak bergerak sedikit pun. Sekali lagi dia berusaha mencabutnya, tetapi tongkat itu tetap tidak berubah. Ketiga kalinya, Kian Santang mencabut tongkat dengan sekuat tenaga menggunakan kesaktiannya. Alih-alih tongkat itu tercabut, kedua kaki Kian Santang malah amblas masuk ke dalam tanah, dan keluar pulalah darah dari seluruh tubuh Kian Santang.

Sayyidina Ali mengetahui kejadian itu, maka beliaupun datang. Setelah Sayyidina Ali tiba, tongkat itu langsung dicabut sambil mengucapkan Bismillah dan dua kalimat syahadat. Tongkat pun terangkat dengan mudah dan sejurus itu hilang pulalah darah dari tubuh Kian Santang. Kian Santang merasa heran kenapa darah yang keluar dari tubuh itu tiba-tiba menghilang dan kembali tubuhnya sehat.

Dalam hatinya ia bertanya. "Apakah kejadian itu karena kalimah yang diucapkan oleh orang tua itu tadi?”. Kalaulah benar, maka dia akan meminta kedua kalimah tadi. Tetapi laki-laki itu tidak menjawab. Alasannya, karena Kian Santang belum masuk Islam. Kemudian mereka berdua berangkat menuju kota Mekah. Setelah tiba di kota Mekah, dijalan ada yang bertanya kepada laki-laki itu dengan sebutan Sayyidina Ali. "Kenapa anda Ali pulang terlambat?”. Kian Santang kaget mendengar sebutan Ali tersebut.

Ternyata laki-laki yang baru dikenalnya tadi namanya Sayyidina Ali. Setelah Prabu Kiansantang meninggalkan kota Mekah untuk pulang ke Tanah Jawa (Pajajaran) dia terlunta-lunta tidak tahu arah tujuan, maka dia berpikir untuk kembali ke tanah Mekah lagi. Maka kembalilah Prabu Kiansantang dengan niatan akan menemui Sayyidina Ali dan bermaksud masuk agama Islam. Pada tahun 1348 Masehi Prabu Kiansantang masuk agama Islam, dia bermukim selama dua puluh hari sambil mempelajari ajaran agama Islam. Kemudian dia pulang ke tanah Jawa (Pajajaran) untuk menengok ayahnya Prabu Siliwangi dan saudara-saudaranya. Setibanya di Pajajaran dan bertemu dengan ayahnya, dia menceritakan pengalamannya selama bermukim di tanah Mekah serta pertemuannya dengan Sayyidina Ali. Pada akhir ceritanya dia memberitahukan dia telah masuk Islam dan berniat mengajak ayahnya untuk masuk agama Islam. Prabu Siliwangi kaget sewaktu mendengar cerita anaknya yang mengajak masuk agama Islam. Sang ayah tidak percaya, malahan ajakannya ditolak. Tahun 1355 Masehi Prabu Kiansantang berangkat kembali ke tanah Mekah, jabatan kedaleman untuk sementara diserahkan ke Galuh Pakuan yang pada waktu itu dalemnya dipegang oleh Prabu Anggalang. Prabu Kiansantang bermukim di tanah Mekah selama tujuh tahun dan mempelajari ajaran agama Islam secara khusu. Merasa sudah cukup menekuni ajaran agama Islam, kemudian beliau kembali ke Pajajaran tahun 1362 M. Beliau berniat menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa. Kembali ke Pajajaran, disertai oleh Saudagar Arab yang punya niat berniaga di Pajajaran sambil membantu Prabu Kiansantang menyebarkan agama Islam. Setibanya di Pajajaran, Prabu Kiansantang langsung menyebarkan agama Islam di kalangan masyarakat, karena ajaran Islam dalam fitrohnya membawa keselamatan dunia dan akhirat. Masyarakat menerimanya dengan tangan terbuka. Kemudian Prabu Kiansantang bermaksud menyebarkan ajaran agama Islam di lingkungan Keraton Pajajaran.

Setelah Prabu Siliwangi mendapat berita bahwa anaknya Prabu Kiansantang sudah kembali ke Pajajaran dan akan menghadap kepadanya. Prabu Siliwangi yang mempunyai martabat raja mempunyai pikiran. "Dari pada masuk agama Islam lebih baik aku muninggalkan istana keraton Pajajaran". Sebelum berangkat meninggalkan keraton, Prabu Siliwangi merubah Keraton Pajajaran yang indah menjadi hutan belantara. Melihat gelagat demikian, Prabu Kiansantang mengejar ayahnya. Beberapa kali Prabu Siliwangi terkejar dan berhadapan dengan Prabu Kiansantang yang langsung mendesak sang ayah dan para pengikutnya agar masuk Islam. Namun Prabu Siliwangi tetap menolak, malahan beliau lari ke daerah Garut Selatan ke salah satu pantai. Prabu Kiansantang menghadangnya di laut Kidul Garut, tetapi Prabu Siliwangi tetap tidak mau masuk agama Islam.

Dengan rasa menyesal Prabu Kiansantang terpaksa membendung jalan larinya sang ayah. Prabu Siliwangi masuk kedalam gua, yang sekarang disebut gua sancang Pameungpeuk. Prabu Kiansantang sudah berusaha ingin meng Islamkan ayahnya, tetapi Alloh tidak memberi taufiq dan hidayah kepada Prabu Siliwangi.

Prabu Kiansantang kembali ke Pajajaran, kemudian dia membangun kembali kerajaan sambil menyebarkan agama Islam ke pelosok-pelosok daerah, dibantu oleh saudagar arab sambil berdagang. Namun istana kerajaan yang diciptakan oleh Prabu Siliwangi tidak dirubah, dengan maksud pada akhir nanti anak cucu atau generasi muda akan tahu bahwa itu adalah peninggalan sejarah nenek moyangnya.

Sekarang lokasi istana itu disebut Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1372 Masehi Prabu Kiansantang menyebarkan agama Islam di Galuh Pakuwan dan dia sendiri yang mengkhitanan orang yang masuk agama Islam. Tahun 1400 Masehi, Prabu Kiansantang diangkat menjadi Raja Pajajaran menggantikan Prabu Munding Kawati atau Prabu Anapakem I. Namun Prabu Kiansantang tidak lama menjadi raja karena mendapat ilham harus uzlah, pindah dari tempat yang ramai ketempat yang sepi.

Dalam uzlah itu beliau diminta agar bertafakur untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam rangka mahabah dan mencapai kema'ripatan. Kepada beliau dimintakan untuk memilih tempat tafakur dari ke 3 tempat yaitu Gunung Ceremai, Gunung Tasikmalaya, atau Gunung Suci Garut. Waktu uzlah harus dibawa peti yang berisikan tanah pusaka. Peti itu untuk dijadikan tanda atau petunjuk tempat bertafakur nanti, apabila tiba disatu tempat peti itu godeg/ berubah, maka disanalah tempat dia tafakur, dan kemudian nama Kiansantang harus diganti dengan Sunan Rohmat. Sebelum uzlah Prabu Kiansantang menyerahkan tahta kerajaan kepada Prabu Panatayuda putra tunggal Prabu Munding Kawati. Setelah selesai serah terima tahta kerajaan dengan Prabu Panatayuda, maka berangkatlah Prabu Kiansantang meninggalkan Pajajaran.

Yang dituju pertama kali adalah gunung Ceremai. Tiba disana lalu peti disimpan diatas tanah, namun peti itu tidak godeg alias berubah. Prabu Kiansantang kemudian berangkat lagi ke gunung Tasikmalaya, disana juga peti tidak berubah. Akhirnya Prabu Kiansantang memutuskan untuk berangkat ke gunung Suci Garut. Setibanya di gunung Suci Garut peti itu disimpan diatas tanah secara tiba-tiba berubah/ godeg.

Dengan godegnya peti tersebut, itu berarti petunjuk kepada Prabu Kiansantang bahwa ditempat itulah, beliau harus tafakur untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tempat itu kini diberi nama Makam Godog. Prabu Kiansantang bertafakur selama 19 tahun. Sempat mendirikan Mesjid yang disebut Masjid Pusaka Karamat Godog yang berjarak dari makam godog sekitar kurang lebih 1 Km. Prabu Kiansantang namanya diganti menjadi Syeh Sunan Rohmat Suci dan tempatnya menjadi Godog Karamat. Beliau wafat pada tahun 1419 M atau tahun 849 Hijriah. Syeh Sunan Rohmat Suci wafat ditempat itu yang sampai sekarang dinamakan Makam Sunan Rohmat Suci atau Makam Karamat Godog.

Wallahu A'lam saya pun belum merasa haqqul yakin jalan sejarah ini. Setidaknya ini dulu yang bisa saya uraikan dan dibagi kepada teman-teman semua. 


*****


*) Sumber : Wikipedia, Kawula Manunggal Gusti dan berbagai sumber tulisan lainnya yang bisa anda temui   di google

Keramat angka 10 di bulan Dzulhijjah


Bismillahirrahmanirrahim...
Diantara karunia Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya adalah Allah Ta’ala telah menjadikan bagi mereka musim-musim kebaikan untuk melakukan ketaatan kepadaNya, mereka bisa memperbanyak amal-amal sholih pada musim-musim itu, berlomba-lomba untuk mendekatkan diri kepada Rabbnya. Maka orang yang berbahagia adalah orang yang memenfaatkan musim-musim itu dan tidak membiarkannya berlalu sia-sia begitu saja.

Diantara musim-musim yang mulia ini adalah sepuluh hari yang pertama di bulan Dzulhijjah, itu hari-hari yang Rasulullah  memberikan kesaksian bahwa itu hari-hari yang paling mulia di dunia. Beliau menganjurkan untuk beramal shalih di hari-hari itu, bahkan Allah ta’ala bersumpah dengannya, maka ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa sepuluh hari yang pertama di bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang paling utama di dunia, karena Allah Yang Maha Agung tidak akan bersumpah kecuali dengan sesuatu yang agung.

Hal ini memberi semangat kepada seorang hamba untuk sungguh-sungguh di hari-hari tersebut dan memperbanyak amal shalih serta amalan-amalan sunnah. Semoga Allah ta’ala memberi karunia kepada kita untuk bisa memanfaatkan sebaik-baiknya di hari-hari itu dan menolong kita memanfaatkannya sesuai dengan apa yang diridhaiNya.

Bagaimana kita menyambut 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ?

Menjadi keharusan bagi seorang muslim untuk menyambut musim ketaatan secara umum, diantaranya sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah :

1.Bertaubat yang benar.

Wajib bagi setiap muslim untuk menyambut musim ketaatan dengan taubat yang sejujurnya dan bertekad kuat untuk kembali kepada Allah ta’ala. Maka bertaubat adalah keberuntungan bagi seorang hamba di dunia dan di akhirat, Allah ta’ala berfirman :

“Dan bertaubat kepada Allah semuanya wahai orang-orang yang beriman, niscaya kalian akan beruntung.” (An-Nuur : 31)

2.Bersungguh-sungguh untuk memanfaatkan hari-hari itu.

Hendaknya seorang muslim sangat bersungguh-sungguh untuk memakmurkan hari-hari itu dengan perbuatan dan perkataan shalih. Barang siapa yang bersungguh-sungguh dengan kebaikan niscaya Allah ta’ala akan membantunya dan menyiapkan untuknya sebab-sebab yang menyempurnakan amal kebajikannya, barang siapa yang membenarkan kepada Allah maka Allah akan benar kepadanya, Allah ta’ala berfirman : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabuut : 69)

3.Menjauh dari maksiyat.

Sebagaimana ketaatan adalah merupakan sebab dekatnya seorang hamba kepada Allah ta’ala, demikian pula maksiyat itu merupakan sebab jauhnya seorang hamba dari Allah ta’ala dan terusir dari rahmatNya. Terkadang seseorang diharamkan dari rahmat Allah ta’ala disebabkan dosa yang dilakukannya. Maka jika menginginkan ampunan dosa dan terbebas dari siksa neraka, berhati-hatilah dari terjatuh ke dalam maksiyat pada hari-hari ini dan hari-hari yang lainnya !!!  dan siapa yang mengetahui apa yang diinginkannya maka akan rendah (tidak berharga) dari apa yang diberikannya.

Bersungguh-sungguhlah wahai saudaraku muslim…untuk memanfaatkan hari-hari ini, dan sambutlah dengan baik sebelum luput darimu kesempatan ini dan kamu menyesal, dan kerugian bagi orang yang menyesal …

Keutamaan Sepuluh Pertama Bulan Dzulhijjah

1.  Bahwa Allah ta’ala bersumpah dengannya. Ketika Allah bersumpah dengan sesuatu, hal itu menunjukkan keutamaan dan agungnya kedudukan sesuatu yang dijadikan sumpah tersebut, karena Yang Maha Agung tidak bersumpah kecuali dengan sesuatu yang agung. Allah ta’ala berfirman :

“Demi fajar. Dan malam yang sepuluh.”

Malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, hal ini pendapatnya kebanyakan ahli tafsir. Dan Ibnu Katsir berkata : Itulah yang benar.

2.  Merupakan hari-hari yang telah dimaklumi yang disyari’atkan untuk selalu mengingatnya. Allah ta’ala berfirman : “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”

Jumhur para ulama berpendapat bahwa hari yang telah tentukan adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Diantaranya pendapat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas radhiyallaahu’anhum.

3. Rasulullah  memberi kesaksian bahwa itu merupakan hari yang paling utama di dunia. Dari Jabir bin Abdillah  dari Nabi  bersabda : “Hari yang paling utama di dunia adalah sepuluh hari (yakni yang pertama bulan Dzulhijjah)” Ditanyakan kepada beliau: “Tidakkah semisal itu dalam jihad fi-sabillah?” Beliau menjawab: “Tidak semisal itu dalam jihad fi-sabilillah. Kecuali seorang yang menutup wajahnya dengan debu (meninggal di medan jihad, pent)” (HR. Al-Bazzaar dan Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Bani)

4. Di dalamnya ada hari Arafah. Hari Arafah adalah adalah hari Haji Akbar, hari diampuninya dosa dan pembebasan dari api neraka, jika tidak ada di sepuluh pertama bulan Dzulhijjah kecuali hari Arafah maka hal itu sudah cukup sebagai satu keutamaan.

5.   Di dalamnya ada hari Nahr (tanggal 10 Dzulhijjah). Hari itu merupakan hari yang paling utama di dunia menurut pendapat sebagian para ulama Rasulullah  bersabda :

أَعْظَمُ الْأَياَّمِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ [رواه أبو داود والنسائي وصححه الألباني]

“Hari yang paling utama di dunia adalah hari Nahr kemudian hari Qorr.” (HR. Abu Daud dan Nasa’i dan dishahihkan oleh Syaikh Al Bani)

6. Terkumpul di dalamnya Ummuhatul Ibadah (pokok-pokok ibadah). Berkata Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari: “Yang nampak bahwa sebab dimuliakannya sepuluh pertama bulan Dzulhijjah karena terkumpul di dalamnya Ummahatul Ibadah pokok-pokok ibadah yaitu: sholat, puasa, shodaqah dan haji, hal itu tidak ada di hari-hari yang lain.”

Keutamaan Beramal Di Sepuluh Pertama Bulan Dzulhijjah

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata : Rasulullah  bersabda: “Tidaklah ada dari hari-hari yang amal shalih pada hari-hari itu lebih dicintai oleh Allah dari pada hari-hari itu (yakni sepuluh pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah? Beliau menjawab: “Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak pulang dengan sesuatu apapun (yakni meninggal di medan jihad).” (HR. Bukhari)

Dari Abdillah bin Umar radhiyallahu’anhuma berkata :  “Aku ada di sisi Rasulullah , maka aku menyebutkan kepada beliau tentang amal-amal sholeh.” Maka beliau bersabda: “Tidak ada hari-hari didunia yang lebih utama dari sepuluh hari ini”. Mereka bertanya: “Wahai Rasululloh tidak juga jihad di jalan Allah?” Maka beliau bertakbir kemudian bersabda: “Tidak pula jihad, kecuali apabila seseorang keluar dengan jiwa dan hartanya dijalan Allah, kemudian menjadi tempat meninggalnya di (HR.Ahmad dan Syaikh Al Bani Menghasankan sanad hadits ini)

Dua hadits ini dan yang lainnya menunjukkan bahwa setiap amal shalih yang dilakukan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lebih dicintai Allah ta’ala daripada jika dilakukan di hari-hari yang lain, dan jika amal itu lebih dicintai Allah ta’ala maka hal itu menunjukkan lebih utama bagiNya. Dua hadits ini juga menunjukkan bahwa seorang yang beramal pada hari-hari itu lebih utama dari berjihad di jalan Allah yang pulang kembali dengan jiwa dan hartanya. Amal-amal shalih  yang dilakukan di sepuluh pertama bulan Dzulhijjah pahalanya akan berlipat ganda tanpa terkecuali.

Diantara Amalan Yang Disunnahkan Pada Sepuluh Pertama Bulan Dzulhijjah

Jika sudah jelas bagimu wahai saudaraku muslim… tentang keutamaan beramal di sepuluh pertama bulan Dzulhijjah mengalahkan hari-hari yang lain dan musim-musim ini merupakan karunia dan ni’mat dari Allah atas hambaNya, juga kesempatan yang besar yang wajib untuk dimanfaatkannya, maka harus menjadi perhatian anda untuk mengkhususkan sepuluh pertama bulan Dzulhijjah ini dengan menambah perhatian dan keseriusan untuk memerangi jiwamu dengan  ketaatan, memperbanyak amal kebajikan dan berbagai ketaatan. Seperti itulah dahulu keadaan para salafus shalih dalam musim-musim seperti ini.

Berkata Abu Utsman An-Nahdi: “Mereka (yakni para salaf) selalu mengagungkan sepuluh hari yang tiga: Sepuluh yang terakhir dari Ramadhan, sepuluh yang pertama dari bulan Dzulhijjah dan sepuluh yang pertama dari bulan Muharram.”

Diantara amalan yang disunnahkan bagi seorang muslim untuk memperhatikan dan memperbanyak melakukannya pada hari-hari ini adalah :

1.         Menunaikan ibadah haji dan umrah. Keduanya adalah yang paling utama dari amalan yang dilakukan pada sepuluh pertama bulan Dzulhijjah, barang siapa yang diberi kemudahan untuk menunaikan ibadah haji atau ke Baitullah atau menunaikan dengan cara yang sesuai maka balasannya adalah surga karena sabda Rasulullah  :

اَلْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إلاَّ الْجَنَّةُ [متفق عليه]

“Dari umrah yang satu ke umrah berikutnya adalah penebus dosa diantara keduanya dan haji yang yang mabrur tidak ada balasannya kecualu surga.” (Muttafaqun alaih)

Haji yang mabrur adalah haji yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah  yang tidak dicampuri dengan dosa dari riya, mencari popularitas, perkataan keji dan fasiq serta dipenuhi dengan amalan yang shalih dan kebajikan.

2. Berpuasa. Berpuasa juga masuk dalam jenis amalan shalih bahkan termasuk yang lebih utama. Allah ta’ala telah menyandarkan kepada diriNya karena kedudukannya yang mulia dan ketinggian nilainya, Allah berfirman dalam hadits qudsi:

“Semua amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa maka itu untukKu dan Aku yang akan membalasnya.”

Nabi  telah mengkhususkan puasa di hari Arafah (tanggal sembilan bulan Dzulhijjah), diantara sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dengan tambahan perhatian, diantara keutamaannya adalah beliau bersabda:

“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa satu tahun yang telah berlalu dan satu tahun yang akan datang.” (HR.  Muslim)

Karena disunnahkan bagi setiap muslim untuk berpuasa tanggal sembilan Dzulhijjah karena Nabi  menganjurkan untuk beramal shalih pada hari itu. Imam Nawawi rahimahullah berpendapat tentang sunnah berpuasa di sepuluh pertama bulan Dzulhijjah, beliau mengatakan: “Berpuasa di hari-hari itu adalah sunnah dan sangat sunnah.”

3. Sholat . Sholat adalah ibadah yang paling mulia, paling agung dan paling banyak keutamaannya, karenanya wajib bagi setiap muslim untuk menjaganya pada waktunya dengan berjamaah. Dianjurkan untuk banyak menunaikan sholat-sholat sunnah pada hari-hari itu, karena hal itu merupakan pendekatan diri kepada Allah yang paling utama. Rasulullah  bersabda dengan apa yang beliau riwayatkan dari Rabbnya: “Senantiasa hambaKu mendekat kepadaKu dengan hal-hal sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)

4. Mengumandangkan Takbir, Tahmid, Tahlil dan Dzikir. Dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma dari Nabi  bersabda: “Tiada hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih dicintaiNya untuk beramal pada hari-hari itu dari pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka perbanyaklah dari tahlil, takbir dan tahmid.” (HR. Ahmad)

Imam Bukhari berkata: “Dahulu Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu’anhuma keluar ke pasar pada sepuluh pertama bulan Dzulhijjah, keduanya bertakbir maka orang-orangpun bertakbir bersama keduanya. Beliau mengatakan: Dahulu Umar bin Khathab  bertakbir di kubbahnya di Mina pada hari-hari itu, juga beliau lakukan selepas sholat, di atas tempat tidurnya, ditendanya, di majlisnya dan di tempat beliau berjalan pada hari-hari itu semuannya.”

Disunnahkan bagi setiap muslim untuk mengeraskan suaranya dalam bertakbir pada hari-hari itu, dan hendaknya jangan bertakbir bersama (koor) karena yang seperti itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah  juga tidak seorangpun dari para salaf, dan yang sunnah adalah masing-masing bertakbir sendiri.

5. Bershadaqah. Bershadaqah merupakan amalan shalih yang disunnahkan bagi setiap muslim memperbanyak melakukannya di hari-hari itu, Allah ta’ala telah menganjurkan dalam firmanNya : “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang Telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. dan orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zalim.” (Al Baqarah : 254)

Rasulullah  bersabda : “Tidak akan berkurang shadaqah dari harta.” (HR.Muslim)

Masih banyak amalan yang disunnahkan untuk memperbanyakan melakukannya pada hari-hari itu, menambah dengan yang sudah disebutkan, maka akan kami sebutkan sekedar untuk mengingatkan diantaranya : Membaca Al Qur’an dan mempelajarinya, istighfar, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung hubungan silaturrahim dan kekerabatan, menebarkan salam, memberi makan, mendamaikan diantara manusia yang berseteru, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, menjaga lidah dan kemaluan, berbuat baik kepada tetangga, memuliakan tamu, infaq di jalan Allah, mengambil sesuatu yang mengganggu orang lewat di jalan, memberi nafkah kepada istri dan keluarga, mengurus anak yatim, menjenguk orang sakit, membantu meringankan kebutuhan saudaranya, bershalawat atas Nabi , tidak mengganggu kepada kaum muslimin, lembut terhadap bawahannya, menghubungkan kawan-kawan kedua orang tua, mendo’akan saudaranya di saat tidak bersamanya, menunaikan amanah, memenuhi janji, berbuat baik kepada bibi dan paman dari ibu, menolong orang yang kesulitan, menahan pandangan dari yang diharamkan Allah, menyempurnakan wudhu, berdo’a diantara adzan dan iqamah, membaca surat Al Kahfi di hari Jum’at, pergi ke masjid dan menjaga sholat berjamaah, menjaga sholat sunnah rawatib, selalu mengerjakan sholat ied di mushola ied (tanah lapang), berdzikir setelah selesai sholat, selalu mencari pekerjaan yang halal, kasih sayang terhadap orang-orang lemah, selalu berbuat baik dan menunjukkan kepada kebaikan, hatinya selalu bersih dan meninggalkan kekerasan, mengajari dan mendidik anak-anak dan bekerja sama dengan kaum muslimin dalam kebaikan. Wallaahu a’lam.
*****

Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © 2012 It's Me..Template by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.